12/20/2012

3/5 stars -- IBUK

Genre : Literature and Fiction
Author : Iwan Setyawan


Buku Iwan Setyawan pertama yang gw baca. Liat buku ini di toko buku udah lama, tapi gegara bokek akut akhirnya belom kesampaian punya. Thanks to Oom Yasdong, yang sudah meminjaminya.

****
Berkisah tentang keseharian serta keluarga Tinah dan Sim di tanah Batu, Jawa Timur. Tinah yang enggak lulus SD karena terpentok biaya, menikah dengan Sim yang saat itu hanya seorang kenek angkot. Keduanya membangun bahtera rumah tangga sederhana dengan 5 orang anak : Isa, Tina, Bayek, Rini dan Mira. Nah,karakter Bayek ini digambarkan mirip dengan penulis (atau mungkin penulis itu sendiri, entahlah...karena ada tokoh AKU di beberapa bab, yang ikutan nimbrung tulisan :D)sebagai anak laki-laki satu-satunya dalam keluarga ini.

Kehidupan yang dijalani bukan perkara mudah, namun Ibuk (Tinah) dan Bapak (Sim) berhasil menyekolahkan anak-anaknya hingga lulus kuliah, bahkan ada yang melanjutkan hingga jenjang S2. Tekad sakral Ibuk agar anak-anaknya tidak seperti dia, benar-benar ditepati. Meski sempat pusing karena SPP telat dibayar, tidak bisa membelikan sepatu saat sepatu anak-anaknya jebol, berhutang sana-sini karena uang belanja harus digunakan untuk perbaikan angkot Bapak dan berbagai macam kesulitan lainnya. Hal-hal tersebut bisa dilewati meski dengan tidak mudah, karena rasa kebersamaan dan kedekatan keluarga ini.

****
Saat gw baca resensi di belakang cover, gw udah menduga bahwa buku ini akan bikin gw mewek juga. Namun, ternyata hasilnya tidak semewek yang gw bayangkan. Memang ada beberapa bagian yang bikin gw keingat sama keluarga gw sendiri. Sama Ibu gw, sama Bapak juga dan kehidupan macam apa pas gw kecil dulu (tentu beda, tapi ber-nostalgia kadang-kadang bikin air mata meleleh juga).

Bab demi bab yang tidak terlalu "gemuk" agak sedikit mengurangi bobot kedalaman karakternya. Mungkin disebabkan karena buku ini semi-fiksi. Jika kita membaca biografi penulis, mau tak mau kita akan dibawa kepada kesimpulan bahwa kisah keluarga Ibuk ini adalah kisah keluarga penulis. Karena bersifat autobiografi, maka unsur dramatisme tidak terlalu dominan ditonjolkan. Dialog-nya tidak terlalu mendominasi, malah kebanyakan kalimatnya bersifat narasi. Namun,hal ini tidak mengganggu sama sekali, bahkan membacanya jadi enjoy.

Dimana pun juga, seorang Ibu adalah pahlawan bagi anak-anaknya. Dimanapun sang Ibu berada, dalam kondisi apapun, dengan cara apapun, seorang Ibu akan berjuang mati-matian untuk anak-anaknya. Berbahagialah kaum perempuan yang diberi kesempatan untuk menjadi seorang Ibu. Karena kemungkinan besar, perannya dalam kehidupan seseorang akan sangat mendominasi.