Category: | Books |
Genre: | Literature & Fiction |
Author: | Thrity Umrigar |
Di sisi lain, Sera Dubash, sang majikan, adalah putri seorang cendekiawan dan istri seorang arsitek sukses. Namun, sang suami adalah seorang yang emosional, yang tak segan-segan mendaratkan pukulan kepadanya saat murka. Hanya berkat putri satu-satunya, Dinaz, Sera mampu bertahan dalam kehidupan rumah tangganya. Hingga akhirnya, Feroz meninggal. Secercah harapan muncul saat Dinaz yang sedang mengandung, bersama suaminya, Viraf, memutuskan untuk tinggal bersamanya.Namun, di balik kebahagiaan tersebut, muncul sebuah masalah baru yang lambat laun disadari oleh Sera yang dapat merusak kebahagiaan keluarganya tersebut.
Inti buku ini sebenarnya klise. Tentang cinta, pengorbanan dan pengkhianatan. Bhima, yang sejak kecil memang hidup dalam kemiskinan dan bekerja di rumah keluarga Dubash, berkali-kali mengalami pahitnya kehidupan. Semenjak suaminya, Gopal, di-PHK karena kecelakaan dan karena Bhima buta huruf, sehingga pihak perusahaan menipunya untuk memberikan tunjangan yang minimal. Kemudian, sang suami meninggalkannya dengan membawa anak lelakinya, Amit. Disusul dengan tragedi meninggal anak perempuannya, Pooja dan suaminya karena AIDS. Hingga akhirnya, Bhima mendapatkan tanggung jawab untuk merawat Maya yang yatim piatu.
Sedangkan Sera, berasal dari keluarga dengan kasta terhormat. Memimpikan pernikahan bahagia, namun selalu direcoki mertuanya dengan adat istiadat yang konyol. Semisal, saat Sera sedang berhalangan (haid), sang mertua meyuruhnya mengurung diri di kamar, karena diyakini dapat menodai rumah tersebut. Hubungan Bhima dan Sera-pun bisa dibilang unik. Bhima membutuhkan Sera dalam hal materi, dan Sera membutuhkan Bhima sebagai teman, satu-satunya orang yang tahu tentang kebobrokan keluarganya.Namun, Sera terhalang gengsinya sebagai wanita dari keluarga terhormat, untuk membantu Bhima lebih jauh lagi.
Gw pribadi gak bisa bilang ini cerita berlebihan khas sinetron, karena pada kenyataannya hal-hal semacam ini masih berlangsung hingga sekarang.Dan kehidupan masyarakat India dengan perbedaan kasta-nya dan status sosialnya gw rasa nggak jauh beda dengan kondisi Indonesia tercinta ini, terutama tentang kesenjangan sosial. Gw sendiri tiap hari menemui hal-hal tersebut, di depan hidung gw sendiri. Mendapati seorang ibu tua yang membersihkan segalanya tanpa dia sendiri menggunakannya. Bekerja dari pagi dan malam untuk sebuah keluarga yang tidak menganggapnya bagian dari mereka. Namun, keterbatasan dalam dirinya, yaitu buta huruf dan usianya sekarang yang mulai senja, yang membuatnya tetap bertahan. Well, apakah kisah di buku ini berlebihan? Gw kira enggak....karena sejujurnya, kenyataan memang sepahit itu.
rengganiez wrote on Nov 17, '10
Gw
kira jg nggak, aku baca buku ini n harus menahan napas ktika
digambarkan bgm kehidupan yg kumuh, n ktika harus antri mandi di pagi
hari..aku membaca buku ini jauh sbelum pilem penomenal slumdog
millionare..dan di pilem itu jg menggambarkan bgm india yg serupa dgn
novel itu..
|
rengganiez said
ah iya!
adegan antri toilet...antri air.... hehhe, aku baru kelar kemarin, Mbak Niez...baru dapet di obralan *halah XD* |
emokidonlastevening wrote on Nov 18, '10
di tempatku sebagian masih mandi di kali toilet tinggol jongkok, air tinggal nyiduk
PDAM sering mati padahal daerah gunung dan mahal minta ampun listrik sama aer tagihan banyak aer *pengsan *perasaan gue mandi 3 gayung doang |
rengganiez wrote on Nov 17, '10
Endingnya bagus, ku suka...
|
malambulanbiru wrote on Nov 17, '10
ini buku? yay!
seneng-seneng! aku wingi lagi bingung golek buku apik gae diwaca nuwun, i Daan mwaaah!! |
malambulanbiru said
seneng-seneng! aku wingi lagi bingung golek buku apik gae diwaca nuwun, i Daan mwaaah!!
ho oh, Mbokdhe...
apik kok...ngenes tur apik :) |
malambulanbiru wrote on Nov 17, '10
apa? ngeres?
i Dan? |
ninelights wrote on Nov 17, '10
Bagus ya bukunya?
Wah..baiklah..*catet*:) |
johaneskris wrote on Nov 18, '10
hm..... please help me yg ga suka baca
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar