Category: | Books |
Genre: | Literature & Fiction |
Author: | Tash Aw |
Tokoh sentral dalam buku ini:
1. ADAM de Willigen: seorang bocah peranakan Indonesia - yang yatim piatu dan diangkat anak oleh pelukis Karl de Willigen. Adam terobsesi untuk bertemu dengan keluarga Masa Lalu-nya dan saat Karl “ditangkap”Adam terlunta-lunta di Jakarta, berusaha mencari keberadaan abangnya sekaligus membebaskan Karl.
2. MARGARET Bates: seorang antropolog dari Amerika, yang gw-gak-tau-sebenernya-ngapain-dia-di-Jakarta-selain-merasa-nggak-betah!! Margaret ini memiliki hubungan Masa Lalu dengan Karl, sehingga terpaksa membantu Adam menemukan Karl.
3. JOHAN : kakak Adam yang terpisah sejak kecil. Johan diadopsi oleh sebuah keluarga Malaysia, dan hidup dalam kemewahan sembari mengubur luka hatinya dari Masa Lalu-nya.
Tokoh lain (yang ternyata penting):
KARL de Willigen: ayah angkat Adam, keturunan Indo-Belanda. Karl setengah mampus berusaha mengubah cara berpikir Adam, bahwa mereka sama Indonesianya dengan orang-orang pribumi di pulau mereka tinggal (Nusa Perdo, ada yang tahu ini dimana atau pernah ke sana nggak sih?)
*******
Apa yang menyebalkan dari buku ini?
Pertama, karena Tash Aw sendiri NGGAK PERNAH mengalami masa itu. Semua kondisi Jakarta tahun 1960-an tersebut adalah hasil dari wawancaranya dengan seseorang bernama Judith Sihombing. Tengoklah baris berikut :
“Kau meremehkan Sukarno,”Mick berkata…”Segala tetek bengek soal Konfrontasi ini mulai menjadi obsesi, sesuatu yang sangat esensial atas eksistensi beliau. Kelihatan dari pemilihan kata-katanya, kupikir: beliau ingin mengkonfrontasi seluruh dunia, terutama Malaysia. Ia benar-benar membenci segala hal yang mewakili negara itu. Kupikir sebenarnya dia tidak menyukai gagasan tentang negara tetangga yang tanpa perlu bersusah payah memperjuangkan kemerdekaannya dan menjadi kaya, sementara negaranya sendiri kacau balau.” [hal.154]
Well, jujur, gw agak-agak gimana gitu pas baca baris itu. Memang dalam cerita, yang mengatakannya adalah Mick, salah satu tokoh berkewarganegaraan Amerika. Tapi, kan yang “melahirkan” tokoh dah apa yang diucapkan tokoh itu adalah Mr. Tash bukan? Dan Mr.Tash dibesarkan di Malaysia, meski dia lahir di Taipei. Mungkin gw agak-agak su’udzon sama Mr.Tash, tapi gw merasakan sentimen pribadi dalam kata-katanya. Sebel!!
Kedua, penokohannya kurang kuat. Korelasi tokoh satu dan lainnya nggak terlalu jelas.Bingung banget membaca Adam itu karakter yang gimana, Margaret itu seperti apa, Johan itu kayak apa….semuanya tumpang tindih nge-blur gak jelas. Margaret kadang tampak menyepelekan orang-orang Asia. Hal itu tampak dalam kalimat ini :
“…dia mempekerjakan seorang anak tetangga untuk membawa cucian mereka ke penatu milik orang China,pakaian mereka akan tiba beberapa hari lagi, sudah tersetrika dan terlipat dengan rapi. Hal ini mengingatkan akan Eksistensi Primitif mereka, Margaret beralasan: mereka mungkin telah kehilangan kehidupan di hutan belantara namun setidaknya mereka masih punya orang-orang Asia yang melakukan tugas-tugas harian mendasar mereka.” [hal. 152]
What the heck is that???? Apakah karena Mr.Tash sekarang sudah menjadi warga negara Inggris dan sudah menjadi “manusia Barat” sehingga dia berpikir begitu?
Progres gw membaca buku ini masih 26%. Tapi, bolak-balik gw dibikin jengkel dengan ke-sok-tahuan Mr.Tash tentang kondisi negara gw pada saat itu. Well, jika Mr.Tash adalah orang Indonesia, atau minimal, dia pernah tinggal di sini beberapa tahun, atau mungkin (malah jauh lebih baik) mengalami masa tersebut, gw masih bisa menerima itu.
Berhubung, Mr.Tash tidak menjelaskan sama sekali kronologis penulisan buku ini, dan gw nggak menemukan satupun interview tentang bagaimana dia mengumpulkan bahan untuk penulisan buku ini, dengan sangat menyesal, gw kudu ngasih A BIG "BOOOOO" (jika ada yang bisa ngasih link tentang kronologisnya, mungkin opini gw bisa berubah).
Dengan latar belakangnya yang seperti itu dan meskipun novel pertamanya The Harmony Silk Factory mendapatkan Whitbread Award pada tahun 2005 (penghargaan yang sama untuk The Curious Incident of The Dog in The Night Time-nya Mark Haddon) buat gw, Map of Invisible World adalah jauh dari “exciting work”!
******
P.S : Buat yang ngasih gw buku ini, bukan berarti gw nggak menghargai pemberian kalian. Hanya, buku ini luar biasa menyebalkan. Ini hanya sebuah opini jujur dari seorang pecinta sejarah bangsa sendiri, yang merasa bahwa hal semacam ini sangat tidak pantas ditulis oleh seorang awarded novelist.
emokidonlastevening wrote on Mar 28, '11
itu wajah penulisnya mbak?
|
ninelights wrote on Mar 28, '11
Itu 'tersangka'nya,Dani?hehe
Tadi sempte googling..emm..dari Malaysia yah,katanya.. Ada artikel juga, tapi dalam bahasa inggris..karena takut saya salah nangkap dan salah menceritakan, dengan ini maka tidak jadi saya link-kan..hehe Dhani suka jenis novel 'sejarah' yah..? |
ninelights said
Dhani suka jenis novel 'sejarah' yah..?
artikelnya tentang apa, Na?
aku kemaren sempat nemu wawancara, tapi ternyata wawancara buku pertamanya dia (yang menang award itu), gak nemu interview untuk buku ini hehhhehehhe...sejarah itu menarik terutama sejarah bangsa sendiri :) biar nggak kehilangan identitas sebagai seorang yang punya KTP Indonesia :) |
ninelights wrote on Mar 29, '11
darnia said
|
ninelights said
http://www.guardian.co.uk/books/2010/apr/18/map-invisible-world-tash-aw http://duniaarefiq.blogspot.com/2011/02/map-of-invisible-world.html http://media-sastrajatim.blogspot.com/2011/02/sebuah-pojokan-tak-terlalu-penting.html
makasih link-nya, Na...
udah jalan-jalan ke sana.. :) |
cinderellazty wrote on Mar 28, '11
Kukira buku bagus
|
zenstrive said
*ngakak*
mungkin itu salah satu bentuk dedikasi mereka terhadap masyarakat cinta film Indonesia. Mereka mengorbankan diri untuk menonton terlebih dahulu dan meratingnya, sebelum yang lain ikutan tersiksa :D |
darnia said
mungkin itu salah satu bentuk dedikasi mereka terhadap masyarakat cinta film Indonesia. Mereka mengorbankan diri untuk menonton terlebih dahulu dan meratingnya, sebelum yang lain ikutan tersiksa :D
masih ada, tapi gak update update :(
http://www.sinema-indonesia.com/ |
rengganiez wrote on Mar 28, '11
baiklahhh....kalo gitu, gak jadi pinjem :-)
|
sarahutami wrote on Mar 28, '11
Bacanya bikin emosi? Aih itu malaysian, knp sih sentimen bgt ma indonesia.
|
denbagusediduk wrote on Mar 28, '11
itu
di bawah, penulisnya apa yang ngasih buku? apa asal "nggugling" terus
nemu wajah "kemampleng" dan ditempel? *mlipir pinggir sik...
|
denbagusediduk said
*ngakak*
lek asal nemu, kudune tak pasang fotomu sing ndek GR ae, Kang Den luwih sumringah XD |
iahsunshine28 wrote on Mar 28, '11
gambar yg dibawah itu kok sekilas mirip temenku yak! hehe :p
|
mfanies said
nanti coba tengok2 yg lebih mantap ceritanya reviewer yg tepat yah :D
udah, kakak Ariooo :)
buku ini udah jadi kado yang bagus dari teman-teman terbaikku... aku nggak menyesal udah baca buku ini sumpah!! serius!! suwer!! |
srisariningdiyah wrote on Mar 28, '11
buku kan memang tujuannya mempengaruhi pembaca hihihhh
|
nieuwverhaal wrote on Mar 29, '11
yasud jgn suruh aq beli buku ini ya.. krn bakal bikin sebel juga ..
:))) |
carrotsoup wrote on May 2, '11
oalah, novel tho? endingnya gimana dan? kalo endingnya happy sih, anggep aja pelecehan itu bagian dari cerita tokoh antagonis
|
carrotsoup said
well, happy ending untuk si adek, karena dia dapet yang dia mau
tapi penggambaran wanita Indonesia yang nolong dia itu juga bikin jijik terkesan wanita Indonesia masa itu...err, "gampangan"? |
rahmatulhusni wrote on Oct 4, '11
udah baca smpe tamat.. hm.. what a dialogic novel
|
rahmatulhusni wrote on Oct 4, '11
wahh.... bagus buat dijadiin skripsi^_^
|
fightforfreedom wrote on Apr 11
okey deh, saya kasih rating lima kancut juga :)
Karena tendensius dan ngambil dari sumber yg salah, maka novel ini layak disimpan di tong sampah. |
fightforfreedom said
Karena tendensius dan ngambil dari sumber yg salah, maka novel ini layak disimpan di tong sampah.
gak coba baca sendiri, mas? :D
soalnya waktu di Goodreads aku komen begini, dia malah menganggap aku gak punya sumber akurat juga untuk berkomentar macam itu Sebenernya yang aku permasalahkan bukan keakuratan faktanya. Tapi, pemilihan kata-kata Tash Aw yang agak menyepelekan Indonesia dan menjelek-jelekkan Pak Karno (belum lagi pas dialog yang mengomentari kegemaran pak Karno akan wanita) T^T *miris sedih bacanya* |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar