Category: | Books |
Genre: | Comics & Graphic Novels |
Author: | Various |
Buku ini berisi 6 cerita bergambar yang menitik beratkan pada romansa para tokohnya :
1. Melati Revolusi oleh Arif Yuntoro dan Pamudji MS.
Kisah kakak beradik yang sama-sama mencintai seorang gadis. Bersetting di masa perang Revolusi (pokoknya saat Jenderal Mallaby datang ke Surabaya ituh, kalo gak salah mau Pertempuran 10 November). Gambarnya sendiri, mengingatkan gw pada tipikal komik jaman gw SD.
2. Dago by Aprilia Sari dan Beng Rahardian
Gw pribadi mengenal karya mas Beng semenjak kuliah, gegara salah satu temen komunitas diam-diam memendam rasa pada sang artis *rasa kagum, maksudnya :D* Dan Aprilia Sari, ternyata adalah vokalis grup White Shoes and The Couple Company. Artworknya cakep, dengan nuansa abu-abu gitu.
3. Kidung Malam oleh Aji Prasetyo
Salah satu cerita paling apik di kumcer ini. Bersetting di Indonesia tahun 1800-an, gaya penceritaan khas mas Aji dan gambarnya yang super ciamik bener-bener memberikan nuansa tersendiri. Apalagi pas adegan perang dan sang ibu menyanyikan kidung malam untuk buah hati mereka. Dalam kepala gw, terbayang adegan slow-motion dengan alunan tembang Jawa nan mistis. CIAMIK pokoknya
4. Antara Aku, Sahabatku dan Anak Mamak-ku oleh Jon Kobet.
Kisah cerita segitiga dari bumi Riau. Gambarnya sederhana, namun penempatan panelnya nyaman untuk dibaca meski kadang tulisannya buanyak.
5. Resonansi Hati by Papillon Studio
Papillon Studio ini pernah berjaya saat "manga" khas Indonesia sedang marak-maraknya. Kali ini mereka hadir dalam cergam ini, menawarkan cerita yang sangat down-to-earth tentang pencarian makna hidup. Menyentuh, meski endingnya sedikit garing buat gw.
6. Cinta di Senja Hari oleh Hans Jaladara
Gw sama sekali nggak menyangka bahwa "sesepuh" perkomikan nasional ikut menyumbangkan karyanya di sini. Ibarat serial anime, cerita lepas Panji Tengkorak kali ini seperti OVA atau movie, epilog perjalanan sang pendekar dalam mengakhiri kisahnya. Sempat membaca di beberapa review bahwa kisah Panji Tengkorak bukanlah kisah murni action, namun kisah romansa level tinggi. Itulah sebabnya, penuturan kisah kasih dalam cergam ini terasa begitu smooth, manis dan endingnya..nyam..nyam..nyam :>
****
Dua essai dalam cergam ini juga menarik untuk disimak. Salah satunya adalah Jejak Sumir Komik Eropa karya Ifan Ardiansyah Ismail. Beliau ini bertutur tentang perkembangan komik di Indonesia dari masa ke masa. Dan kenapa yang "dipersalahkan" dalam mandeg-nya komik khas Indonesia hanya manga Jepang dan komik Amerika, sedangkan secara halus, komik Eropa malah menyusup ke tengah-tengah kita dengan gencarnya. Namun, tak ada satupun yang mempermasalahkannya, malah merasa bangga bahwa pernah "berkenalan" dengan komik-komik tersebut.
Esai yang renyah dan tepat sasaran, terutama di bagian akhirnya.
Saat ini gw lagi nungguin Komik Kampungan part 2 dan 3, meski pas gw liat jajaran pengisinya, gw enggak kenal satupun :D *dipentung*
phonay said
yang kidung malam bagus ya kata2 nya hehehe
gw dulunya juga males-malesan kalo baca komik lokal yang serius
Tapi gak tau ya..ke sini-sini malah demen bacanya. Jadi bisa liat perbandingan gambar-gambar di komik-komik Indonesia dari dulu sampe sekarang... |
darnia said
Jadi, ada pengalaman apakah, bang Yas? *kepo to the max* :>
wakakakaakakkakak..
tau aja budan.. dulu itu, eke galau jalan sendirian ujan-ujan dari BIP
sampe Dipati Ukur menyusuri Dago. Biasalah kasih tak sampai *salto
mundur*
|
m4s0k3 said
woaaaaaaaaaaaaaaaaaah..ternyataaaaaaaaaaaaaaaaaa... *puk puk*
Aku kalo Bandung ingetnya nyasar dan wisata kuliner tak sampai :| |
edwinlives4ever wrote on Jul 11
Yes, the best one. But there are few mistakes in the lyric of Kidung Rumeksa Ing Wengi.
|
edwinlives4ever said
hehehhe...tapi
di antara semua komik yang ada (nyuwun sewu nggih, pak Hans), gambarnya
mas Aji yang paling konsisten. Tarikannya bagus, artworknya keren,
shadingnya pas, proporsinya ajiib...pokoknya mantep...
mbaca beberapa kali cuma liat gambarnya doang enggak bosen :D |
edwinlives4ever wrote on Jul 11
Good
artwork, but I feel like reading a poem instead of a comic. I'd rather
see Beng working on his own stories, which are truly witty.
|
edwinlives4ever said
aku agak terganggu dalam pemilihan font dan warnanya...
karena panelnya didominasi abu-abu, kalo pake warna hitam enggak keliatan Jadinya ya gitu, Mas..enggak bisa dapet feelnya, sibuk ngebaca, tulisannya apah :D |
edwinlives4ever wrote on Jul 12
Check those pdf files in my video section. You'll find lots of them.
|
edwinlives4ever wrote on Jul 11
Good
idea with bad execution. Some of the soldiers are depicting as shooting
assault rifles which are clearly resembling M16. That kind of assault
rifle shouldn't have existed until decades later. The grenade looks
like a Tornado airsoft grenade. The last scene look like something out
of 'drama 17an'....
Too bad. The premise about Malaby's death is actually an interesting one, although nothing new. |
edwinlives4ever said
Too bad. The premise about Malaby's death is actually an interesting one, although nothing new.
huahahhahah drama 17-an :D
Aku sendiri enggak terlalu memperhatikan kisah yang ini. Mungkin agak keganggu sama artworknya ya *dibacok* Btw, aku sempat ngebaca ROEKMINI jadi ROKMINI *taburin garem* XD |
edwinlives4ever wrote on Jul 11
The
story is simple yet very touching. However, the side plot about that
girl which later becomes the ending of the main plot makes me think
that somewhere along the way the writer ran out of ideas of how to
finish this good story.
|
edwinlives4ever said
bwahahahhahahahahha....setujuuuuu!! XD
pokoknya asli, endingnya menurutku kurang "menggigit" |
edwinlives4ever wrote on Jul 11, edited on Jul 12
Nice
story, nice dialogs, nice artwork, nice ending; for those who are not
too familiar with Panji Tengkorak series. Still, I think Hans should've
left well enough alone.
It's like reading about how the story of how Si Buta Dari Gua Hantu series ends. Thank God Ganes TH never created that kind of story. |
edwinlives4ever said
It's like reading about how the story of Si Buta Dari Gua Hantu series ends. Thank God Ganes TH never created that kind of story.
Setuju.
Aku enggak baca Panji Tengkorak, cuma sekedar tau aja Tapi tetep bisa ngikutin cerita ini. Heh? Trus yang create siapa? |
edwinlives4ever wrote on Jul 12
darnia said
No.
I said that reading Cinta Di Senja Hari is like reading the story of
how Si Buta Dari Gua Hantu series ends. I didn't say that such a story
exists.
|
edwinlives4ever said
makanya aku bilang, kayaknya aku yang nangkepnya salah :D
*syungkhem* *mintak angpau* |
edwinlives4ever wrote on Jul 12
There
were several comic spin-off of this series, and even Teguh Santosa made
the unfinished comic version of Mahesa Jenar story, but I've never
heard of any comic telling the story of the main series.
|
edwinlives4ever said
hoooo gituuuuu.....
Kayak endingnya Doraemon itu yah jadinya? |
edwinlives4ever wrote on Jul 12
The
ending of Doraemon was not created by the original creator, and it;s
not a spin-off; a pastiche more like it. The spin-offs of Api Di Bukit
Menoreh were created by SH Mintardja himself.
Spin-off refers to subplots within the main story, not the creator. |
edwinlives4ever said
Spin-off refers to subplots within the main story, not the creator.
spin-off itu kayak ending cerita tapi kayak fanfics gitu?
Atau modelan gini : pernah baca kalo pengarang Hana Yori Dango setelah merampungkan vol.23 manganya, beliau meninggal. Padahal komiknya sendiri belum tamat. Kemudian, para asistennya bikin lanjutan endingnya. Apakah semacam itu? |
edwinlives4ever wrote on Jul 12
NO.
Spin-off, referring to stories, is a new story derived from an existing story, sometimes a development of a subplot or secondary character of a story into a more independent story. For example, the movie U.S. Marshals is a spin-off of The Fugitive, The Lone Gunmen TV series is a spin-off of The X-Files, Angel TV series is a spin-off of Buffy The Vampire Slayer, etc. |
edwinlives4ever said
Spin-off, referring to stories, is a new story derived from an existing story, sometimes a development of a subplot or secondary character of a story into a more independent story. For example, the movie U.S. Marshals is a spin-off of The Fugitive, The Lone Gunmen TV series is a spin-off of The X-Files, Angel TV series is a spin-off of Buffy The Vampire Slayer, etc.
OOOOOOOOOOOO IYAAAA...
-- kayaknya dulu pernah dijelasin sama mbak Hanitje -- Aku kira spin-off cuma di pilem doang, ternyata di kancah media cetak juga ada yak :D |
darnia said
|
edwinlives4ever wrote on Jul 12, edited on Jul 12
Says who? There were/are several Petruk-Gareng comics out there, such as the ones created by Tatang S, Inri S, and many others.
|
edwinlives4ever said
oiya....dulu kayaknya punya satu
-- self-poke -- XD Thanks for the correction, mas Edwin |
edwinlives4ever said
Iya
itu punyanya tatang S.... tapi memang modelnya kayak TTS gitu,
sedangkan format komik yang gue kenal yah sejenis doraemon, breakshot
dll.
|
ninelights wrote on Jul 12
tadi aku komen di sini, terus coba ku copas di word, ehla ko dhowo, Dan. :|
Tar kuposting di jurnal aja deh yah... kalo inget tapi... *merenges* |
ninelights said
Tar kuposting di jurnal aja deh yah... kalo inget tapi... *merenges*
INGETLAH!!!!!
-- panggil Agung Herkules becelana polkadot pink belang-belang -- |
edwinlives4ever wrote on Jul 12, edited on Jul 12
darnia said
cuma karena masih kecil, enggak terlalu nangkep guyonannya :)
They were funny only in the beginning. Later the were too busy delivering messages from the government's propaganda corps.
|
edwinlives4ever said
errrgh.... pity :(
padahal wajah-wajahnya aku inget banget |
hiks...enggak kebuka T^T
cuma kalo liat model gambarnya kayaknya bukan (lupa di Melati Revolusi yang gambar siapa) edit : yang ditaut mas Roel kayaknya Arief Yuntoro yang ini juga : http://komikoo.com/users/palagan |
edwinlives4ever wrote on Jul 13
I
know. I mentioned Pamudji MS because I know that he lives in Amabarawa,
and I think it's possible that they're both from Ambarawa.
|
edwinlives4ever wrote on Jul 13
I thought it was drawn by Pamudji MS, the style is rather similar to his Badai Laut Selatan (story by Kho Ping Hoo).
And that would explain the lack of research. |